Kuliah Umum Konseling Multikultur: Menembus Stereotipe dan Membangun Pemahaman
Kuliah Umum Konseling Multikultur: Menembus Stereotipe dan Membangun Pemahaman
Kegiatan Kuliah Umum Konseling Multikultur merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan mahasiswa dengan tema isu-isu multikulturalisme di dalam masyarakat minoritas. Acara ini dilaksanakan pada 25 April 2025 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ruang kelas 406, dengan format yang santai dan akrab. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk dialog interaktif yang dibagi menjadi dua sesi, dengan total durasi 120 menit. Para mahasiswa diperbolehkan bertanya seputar prasangka, stereotipe, stigma, diskriminasi, serta perjalanan hidup dan karya yang telah atau akan dihasilkan oleh para narasumber.
Pada Sesi I, narasumber berasal dari rekan-rekan difabel netra dengan subtema Merangkul Perbedaan, Membangun Pemahaman. Narasumber pertama adalah Kak Syifa, Kak Muhammad Akbar, dan Mas Trigunawan, yang merupakan mahasiswa S1 dan S2 BKI UIN Sunan Kalijaga. Kak Syifa, mahasiswa program magister, selain memiliki suara yang indah, juga telah menghasilkan karya dalam bidang film pendek berjudul Seutas Asa. Tidak kalah menarik, Kak Akbar, yang kini berada di semester 6, sedang berupaya menerbitkan novel yang tentunya sangat dinantikan. Narasumber ketiga, Mas Trigunawan, mahasiswa semester 4, adalah seorang entrepreneur yang telah memiliki beberapa rekanan untuk memasarkan produknya. Banyak stereotipe terhadap rekan-rekan netra yang berhasil mereka patahkan melalui karya dan perjalanan hidup mereka.
Dalam dialog yang berlangsung kurang lebih 60 menit tersebut, para mahasiswa mengajukan berbagai pertanyaan. Dengan catatan, mereka sebelumnya telah diberi arahan untuk tetap menjaga etika bertanya dan memperoleh izin dari narasumber; jika narasumber merasa keberatan, mereka berhak untuk tidak menjawab. Salah satu pertanyaan menarik yang muncul terkait prasangka adalah, “Bagaimana cara mereka memilih warna baju?” Para narasumber menjelaskan bahwa saat memilih baju, mereka biasanya meraba bahan yang sebelumnya telah diberi informasi tentang warna dan kecocokannya, menggunakan aplikasi, atau melakukan video call dengan teman yang awas (penglihatan normal) untuk meminta bantuan. Mereka pun mengungkapkan bahwa kadang tetap merasa bingung memilih pakaian, sebagaimana orang awas yang juga sering bingung memilih baju meski koleksinya banyak. Selain itu, banyak pertanyaan lain yang diajukan, seperti tentang cinta, perasaan tersinggung, dan penerimaan diri.
Acara yang dihadiri oleh kurang lebih 90 orang tersebut berlangsung sangat meriah dan lancar. Kegiatan ini dipandu oleh dosen mata kuliah, Sudharno Dwi Yuwono, dan mendapat dukungan penuh dari Program Studi BKI S-1. Hadir pula secara langsung Bapak Zen Musrifin, yang memberikan sambutan dan mengapresiasi proses pembelajaran kreatif yang mampu meningkatkan pengalaman interaksi langsung mahasiswa.
Setelah sesi pertama yang berjalan sangat antusias, para mahasiswa semakin bersemangat mengikuti Sesi II, yaitu dialog interaktif dengan rekan-rekan dari agama Hindu dan kelompok kepercayaan Kapribaden. Narasumber sesi ini adalah Bapak Lingga dari Hindu STHN Jawa Dwipa dan Bapak Sarno dari kepercayaan Kapribaden, yang datang langsung dari Boyolali. Mahasiswa kembali mengajukan beragam pertanyaan, masih seputar prasangka, stereotipe, stigma, diskriminasi, dan juga untuk mengenal lebih jauh pengalaman hidup para narasumber.
Meski beberapa pertanyaan menyentuh isu sensitif, kedua narasumber menunjukkan keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi. Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain: “Apakah ada kehidupan setelah mati?”, “Apakah ada konsep akhirat?”, “Apakah ada perayaan hari raya?”, “Apakah ada konsep dosa?”, serta “Bagaimana pandangan terhadap kesehatan mental dalam agama masing-masing?” Kedua narasumber menjawab berdasarkan ajaran dan kepercayaan masing-masing, dan para mahasiswa menghormati jawaban tersebut. Meski dalam beberapa pertanyaan terselip asumsi berdasarkan nilai-nilai yang telah diyakini mahasiswa, secara keseluruhan diskusi berjalan baik dan penuh rasa hormat.
Kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa, baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam pengembangan profesional di masa depan.